16 Jun 2013
Lonceng
pun berbunyi, mengisyaratkan semua siswa wajib masuk kelas guna mengikuti ujian
akhir semester. Para dewan guru yang menjadi pengawaspun segera mengambil soal
dan lembar jawaban yang dibungkus dalam satu sampul. Para peserta didik sebelum
masuk kelas wajib sholat dhuha, seperti hari-hari biasanya. Dipimpin kepsek
(kepala sekolah) atau tata usahanya, mereka sholat dhuha dua rakaat kemudian
satu dari mereka memimpin doa secara bergantian. Sampai saatnya mereka
berhadapan dengan soal-soal semester. Hari ini adalah hari senin, hari pertama
semester. Jam pertama pelajaran yang di
ujikan adalah matematika dan PPKN. Suasana hening, tak ada suara sedikitpun. Pak
Abdullah yang biasa di panggil ka’ Us masuk dikelas VIII A1, kelas yang isinya
laki laki semua, karna di pondok pesantren tersebut dipisah antara siswa dan
siswinya
“ihtiroom hayyu” teriak ketua kelas
VIII diiringi gema salam yang memenuhi
ruangan itu, sembari menjawab salam pak Abdullah pun duduk tenang. Sedikitpun
beliau tidak tertarik untuk senyum. “adik-adik saya harap semua buku di
kumpulkan , jangan sampai ada yang nyontek, perilaku yang terpuji lebih utama dari pada skor nilai yang tinggi“
pesan pak abdullah kepada peserta ujian seraya membuka sampul dengaan tangan ,
karna beliau tidak membawa silet. Ya...begitulah hidup ini tak ada rotan akarpun
jadi. Abdullah adalah guru tauladan di
pesantren tersebut. Dia akrab di panggil ka us karna guru guru lainya sering
memanggil ustaz. Sehhingga adik adik menyingkatnya ka’ Us yang artinya ka’ ustaz.
seseorang yang sangat taat kepada Allah dan
Rasulnya , postur tubuh tinggi, kulit putih, tegap, hidung mancung, indah di
pandang mata siapapun yang memandangnya. Ditambah lagi dia cerdas dan berakhlak
mulia, sehingga di tempat itu banyak ustadzah yang tertarik padanya, bahkan
sisiwinya pun banyak yang ta’jub akan ketampanannya. usai membagikan soal
beliau berdiri tegak dihadapan anak-anak sambil melototi mereka satu persatu. Sekali-
kali dia melangkahkan kakinya ke belakang siswa. Matanya tidak pernah lepas
dari peserta didik agar tidak nyontek. “ka’ Us kayak sisitv aja“ lanjut seorang
siswa sembari berbisik kepada teman sebelahnya. 45 menit sudah berlalu,
anak-anak belum ada yang keluar satu pun. Ka’ Us belum saja keluar. Anak anak
keluar keringat dinginnya. Pelajaran matematika, pengawasnya lebih ketat dari
pengawas UN, ih...serem....
“Ukh...ukh....khem..khem..” disela
keheningan ruangan kelas yang sunyi, ustadz Abdullah mengagetkan siswa yang
lagi tegang-tegangnya menghadapi soal.
“Kalian
sudah diajarkan materi ini??”
“Iya
ka”
“kalau
begitu jangan sampai kalian menyalahkan siapa-siapa, kecuali diri sendiri. Termasuk
pengawas, jangan sampai disalahkan karena tidak pernah keluar” lanjut beliau
sambil tersenym manis.
Tiba-tiba handphonnya berdering.
Tangan kanannya dengan sangat cepat masuk ke kantong bajunya yang sebelah kiri.
Tanpa melihat siapa yang nelpon, jempolnya menolak panggilan yang masuk. Beliau
tidak ingin ada aktifitas lain yang menggagu aktifitas mengawas. Selain itu
beliau juga jarang duduk di bangku karena harus
mondar-mandir mengawasi peserta. (syahril)