16 May 2013
“sebenarnya adik masih trauma kak, sebelumnya
adik punya pacar ustaz, lalu menjauh setelah mengambil hatiku, hanya dengan
alasan sepele. Awalnya kami tidak punya planing yang jelas
masalah nikah, Akan tetapi tiba-tiba dia mengajak adek untuk nikah, aku sih
tidak keberatan, tetapi karena orang tua belum menyetujui, dia langsung
pergi dariku. Dan mulai saat itu,
ia tidak pernah tegur sapa dengan orang tuaku. Rumahnya tidak terlalu jauh dari
rumah adek. Dia adalah ustaz yang selalu menasihatiku. Sebenarnya kisah pahit
itulah yang mengantarku ke pesantren ini. Aku tidak mau lagi sakit hati untuk yang
kedua kalinya.”
“ tidak semua laki-laki itu sama dik” potong Eril menyela cerita Yuni
“tapi kak.....”
“sudah begini saja, adik mau apa gak, kakak
jaJni tidak akan seperti ustazmu itu. Kalau memang adek sudi bilang iya, kalu tidak juga gak
apa-apa sih....itu kan hak preogatif anti (kamu)”. “Tapi ku mohon bilang iya.. ”lanjut
nya dengan nada ragu setelah terdiam beberapa saat.
Sambil tersenyum, “ kakak ini lucu, itu
namanya paksaan” jawab yuni setenga bercanda, mencairkan suasana” sebenarnya
dari dulu adek mau, dengan syarat....”
“apapun syaratnya kakak siap dek” potong Eril
tidak sabar
“ asalkan kakak selalu siap mengajarkan”
“ ajar apa dik..” lanjut Eril penasaran
“ apapun itu, baik masalah cinta maupun
pelajaran”.
“Siap dik” lanjut Eril spontan walaupun dalam
hatinya bergumam ‘ini namanya cinta bersyarat, kurang seru, tapi nggak apalah,
yang penting sekarang adalah ia sudah
menerimaku di hatinya, perbaikan sambil jalan’.
“kenapa diam kak?” sambung Yuni membangunkan Eril dari lamunannya
“ya, iya, iya.. sampai dimana dik” jawabnya
setengah sadar.
“ kakak ini kayak ngajar aja, nanya-nanya
sampai dimana”. Adek juga minta maaf
yang sebesa-besarnya selama ini telah membuat kakak capek” sambungnya
“Nggak apa apa kok dik. Sesungguhnya malam
ini aku bahagia banget”. Tuturnya walaupun sebenarnya ia tidak begitu puas
dengan jawaban cinta gadis berjilbab besar itu.
Azan asharpun berkumandang. Chetting pun
selesai. Mereka pergi solat ashar
berjamaah. Kebiasaan yang sudah
mendarah daging pada santri. Sesibuk apapun, kalau Alloh telah memanggil, ia
harus melepas pekerjaannya, apalagi sekedar chatting. Selain itu, ia juga
terbiasa puasa senin kamis. Kehidupan yang penuh dengan pancaran hidayah dan
inayah Yang Kuasa, sehingga rata
-rata santri terlihat tanpa dosa, cerah,
adem, tenang, Bagai hidup tidak pernah ditimpa masalah.
Jadwal belajar kelompok pun tiba. Hari ini ada yang berbeda. Semua anggota tahu prihal Yuni dengan Eril. Mental Eril semakin kurang. Dari awal belajar sampai pulang ia terdiam membisu.
Begitu
juga diempat lain, kalau ada Yuni, mentalnya pasti hilang. Selain di kelompok
belajar bahsa arab. Ia juga bertemu dengan yuni di kelas diniyah. Ia adalah
guru nahwu nya. Setiap kali ia masuk kelas Yuni, pasti kaku. Inilah kekuatan
cinta.
Komunikasi
terbatas, santri tidak boleh bawa handphon, pengurus hawatir santrinya
terganggu dengan benda elektronik tersebut. Apalagi di zaman edan seperti ini,
Film forno menjamur. Jangankan anak SLTA, anak SD pun senang nonton film
tersebut. Walau demikian, tidak sedikit santri yang bawa hp. Kalau ditemukan,
handphonnya pasti langsung diambil ustaz. Bahkan tidak sedikit hp di tumbuk
batu, gara gara sering kali ditemukan bawa handphon, setelah diperingati
berkali-kali. Sesekali ia harus minjem hp pengasuh kalau lagi ingin komunikasi
dengan eril. Kalau tidak, mereka paling tidak hanya bisa komunikasi kalau Yuni
pulang kampung, itupun pun jarang. Paling cepat ia pulang sekali tiga bulan. Seberat
apapun rindunya, ia harus mampu menahannya. Walaupun sering ketemu di sekolah,
bukan berarti komunikasinya lancar. Eril selalu berusaha menjaga jarak dengan Yuni, belajar Sebagai tenaga pengajar yang profesional dan proforsional. (BERSAMBUNG)