10 Apr 2013
Pemuda Kurang Mendapat Perhatian

Sebagai anak yang masih labil, tentu membutuhkan bimbingan. Baik bimbingan Guru Sekolah, Ustaz, maupun Orang Tua. Dalam hal ini peran ketiga orang tersebut sangat dibutuhkan, terlebih lagi orang tua jangan sampai terkesan anak ayam lebih diperhatikan dari anak sendiri. Mana ada anak ayam yang dikasih keluar kandang malam-malam. Pasti di jaga ketat. Sebelum magrib semua anak ayam di masukkan kedalam kandang. Bahkan sampai di absen karena takut ada yang hilang. Giliran anak, mereka beralasan memberikan kebebasan agar bisa berfikir mandiri. Maindset inilah yang membuat pemuda bangsa kita jauh dari nilai Agama. Sehingga tepatlah statemen yang menyatakan zaman ini islam tinggal nama, Qur’an tinggal tulisan, dan Masjid hanya sebagai hiasan. Katanya mataram kota religus, apalagi di kota itu banyak tuan guru dan ustaz. Siapakah yang salah? Siapakah yang bertanggung jawab? Apakah fenomena seperti ini dibiarkan begitu saja seakan-akan tidak ada yang melihatnya. Sekurang-kurangnya, hal seperti ini kita jadikan ibrah, supaya sebagai pemuda perbanyaklah kegiatan positif. Dengan ikut organisasi misalkan. Atau dengan cara-cara yang lain. Bagi yang punya anak. Berikanlah anak perhatian penuh, baik jasmani maupun rohani. Jasmani, seperti kebutuhan anak. fasilitasi mereka dalam belajar. Rohani, seperti bentuk moral anak, tanamkan aqidah yang benar.
Bangsa Korban Tehologi
Tehnologi selain bermanfaat untuk kita, sadar atau tidak begitu banyak mudarat yang kita tidak sadari. Handphon misalkan selain akan merusak telinga juga merusak nilai-nilai silaturrahmi. Dulu undangan pakai surat, atau paling tidak secara lisan dari rumah kerumah, sekarang cukup dengan sms atau telpon. Dulu sebelum tidur para orang tua menina boboin anak-anaknya dengan dongeng-dongeng nasihat, crita-cerita para nabi-rasul dan orang orang sholeh. Sekarang, anak-anak dinina bobo dengan TV, tape, radio dann handphon. Dulu anak-anak lebih banyak bergaul dengan orang tuanya sehingga mereka merasakan kasih sayang yang berwana nilai-nilai moral. Sekarang, anak-anak lebih banyak bergaul dengan PS, FB, dan tontonan-tontonan yang tidak mendidik. Ironisnya, tidak sedikit dari mereka yang terbiasa menonton film seks. Inilah akar permasalahan kenapa anak-anak bangsa jauh dari nilai-nilai moral. Realita yang kita lihat, anak sekolah lulus ujian, bukannya bersyukur atas lulusnya. Mereka malah coret-coretan, mabuk, keluyuran ke pantai. Ini adalah potret buruknya karakter anak anak bangsa. Siapakah yang salah? Siapakah yang harus bertanggung jawab? Selainn guru, yang paling berperan dalam merubah sejarah itu adalah orang tua. Sebagai guru, mereka harus memberikan tauladan bagi siswa-siswinya. Mulai dari hal yang paling kecil. Perlihatkan kepada mereka bagaimana akhlak Rasul, atau paling tidak akhlak para Shahabat. Jangan cuma bisa teori tapi praktiknya nol koma kosong. jangan hanya mengkaji metode belajar agar anak cepat faham dan tidak bosen belajar, tapi pelajari juga akhlak Nabi dan Para shahabat, agar kita bisa mencontohkannya kepada peserta didik . Orang tua, selaku wali murid, jangan menjadikan kesibukan kerja alasan untuk tidak memberikan perhatian penuh terhadap anak tercinta. Baik moril maupu materil. (sahril)