19 Apr 2013
Fenomena pendidikan
tahun 2013, UAN SMA di tunda untuk yang ke 3 kali, merupakan potret kinerja
pemerintah yang terkait. Keputusan pertama hari
senin, 15 april 2013 , kemudian ditunda sampai hari rabu tanggal 17,
ditunda lagi sampai hari kamis tanggal 18, yang terakhir ditunda sampai jam
satu siang. Ini tentu bukan hal yang sepele. Perlu dipertanyakan ada apa dibalik itu semua?? Tidakkah mereka
berfikir bagaimana perasaan anak-anak bangsa?
Penanggung jawab tidak pernah
mendengar bagaimana keluhan mereka. “ujian apa ini?”, “ganti aja mentrinya sama
bedur (siswa paling nakal di SMP Attohiriyah Praya yang tidak pernah ingkar
janji-red)” ,”ujian tahun ini katanya semakin ketat namun nyatanya main-main”
, “pemerintah nggak sayang kita, mereka
semena-mena”, “pemerintah plin plan” , beitulah kata-kata yang penulis dengar
ketika wawancara dengan anak-anak kelas XII dan guru di sebuah sekolah SMA di Praya,
SMA Yayasan Attohiriyah Alfadhiliyah (YATOFA). Setidaknya dari fenomena ini
kita bisa mengambil ibrah, bahwa orang-orang yang memegang kendali pendidikan
di Indonesia tidak bekerja sepenuh hati, kalau mereka tidak segera diganti, mau
dibawa kemana pendidikan di negeri tercinta ini. Belum lagi kita melihat dari
sisi yang lain , sepuluh tahun terakhir ini, jarang siswa ujian akhir nasional
dengan hasil murni. Ujian yang tujuannya mengetahui hasil pembelajaran malah
semakin membodohi, memanjakan, dan merusak karakter peserta didik. Siapakah
yang salah? Siapakah yang bertanggung jawab? Apakah tidak ada yang melihat
realita pahit ini?
Bangsa yang
Krisis Teladan
Satu Keteladanan Lebih Bermanfaat Daripada Seribu Kata-kata Motifator
Ada beberapa
statement yang sering kita dengar di masyarakat “pemerintah aja nggak disiplin,
apalagi kita”, “tuan guru aja kerjaannya seperti itu , masa kita dilarang”,
“ustaz aja kayak gitu” ,”bapak aja kelahi, masa kita nggak boleh”, “gurunya aja
nakal, apalagi muridnya”. Ini saya
namakan keluhan sosial. Setidaknya
kita bisa mengambil benang merah bahwa saat ini bangsa kehilangan tokoh yang
patut di teladani. Rasulullah saw beberapa abad yang lalu menegaskan “laisa
minna man lam yarham shogiirana walam yuaqqir kabiirona“ yang artinya;
“bukan golonganku siapa saja yang tidak bisa menyayangi orang yang lebih muda dan menghormati yang lebih
tua”. Kita janga terlalu sempit mengartikan kasih sayang, kasih sayang di sini saya
artikan memberikan rasa nyaman serta teladan. Oleh sebab itu, orang-orang
yang sudah dipercaya masyarakat punya beberapa kewajiban, mulai dari umaro’
sampai dengan ulama’ selain wajib memberikan rasa aman bagi masyarakat juga
wajib memberikan teladan, bagaimana tutur kata dan tingkah laku yang baik
selayaknya para nabi, sahabat yang utama, dan para auliya’ . selain itu, guru
dan orang tua wajib memberikan rasa aman dan tauladan bagi anak-anak mereka,
kakak harus mampu memberikan tauladan bagi adik-adiknya.
Singkatnya,
kalau kita ingin melihat bangsa ini bermoral, ada hak dan kewajiban yang harus
berimbang antara orang yan lebih tua
terhadap yang lebih muda, yang lebih berwibawa dengan yang biasa-biasa, yang
saya singkat, yang di atas dengan yang di bawah. Pertama, yang di atas
wajib memberikan rasa nyaman dan aman serta memberikan tauladan terhadap yang dibawah. Kedua,
yang di bawah wajib selalu menghargai yang di atas. Namun yang kedua akan terlaksana jika yang pertama telah terpenuhi. (Syahril)