12 Feb 2012

Pesta rakyat “ Bau Nyale “ sudah menjadi sebuah tradisi turun temurun bagi masyarakat suku Sasak Lombok yang diadakan setiap tahun di pantai Seger Kabupaten Lombok Tengah bagian selatan. Bau dalam bahasa sasak berarti menangkap, sedangkan nyale adalah sejenis cacing karang. Jadi Bau Nyale dapat diartikan menangkap cacing laut yang memiliki cerita tersendiri bagi warga Lombok Tengah.
Pada tahun 2012 pesta bau nyale diadakan selama dua hari, sabtu dan minggu tanggal 12-13 Februari dan pada hari ini juga ditetapkan menjadi hari libur lokal di Kabupaten Lombok Tengah.
Pada acara ini bukan saja dimeriahkan oleh warga Lombok Tengah, bahkan banyak wisatawan mancanegara turut serta berbaur dengan dengan warga. Masyarakat yang akan merayakan pesta ini sejak sore berkumpul di pantai mengisi dengan berbagai kegiatan budaya dan kesenian Lombok , seperti peresean (olah raga tradisional saling pukul dengan rotan). Sedangkan pada malam hari diisi dengan berbagai kesenian tradisional seperti Gendang beleq,“Betandak” (berbalas pantun), Bejambik (pemberian cendera mata kepada kekasih), Dan acara ini juga semakin meriah dengan digelarnya drama kolosal Putri Mandalika,dan penginang robek.
Dalam acara ini yang terlihat sangat menonjol adalah fungsi solidaritas dan kebersamaan warga masyarakat yang dapat terus dipertahankan dalam mendukung kelangsungan budaya tradisional.
Asal Muasal Nyale
Zaman dahulu di bagian selatan Pulau Lombok terdapat sebuah kerajaan yang bernama Tonjang Beru yang diperintah oleh seorang raja yang sangat arifan dan bijaksana yaitu Raja Tonjang Beru dengan permaisurinya Dewi Seranting. Kearifan serta kebijaksanaan raja yang dimiliki kerajaan Tonjang Beru membuat semua rakyatnya menjadi makmur, serta aman sentosa.
Konon raja memiliki seorang putri yang sangat anggun dan jelita bernama Putri Mandalika. Selain anggun dan berparas cantik ia juga terkenal dengan keramahan serta memiliki sopan santun yang sangat tinggi.Dengan kecantikan dan akhlaknya yang begitu baik sang putri menjadi kebanggaan seluruh rakyatnya.
Kecantikan dan keanggunan sang putri banyak menarik hati pangeran-pangeran yang ada dikerajaan lain di pulau Sasak Lombok dan ingin dipersuntingnya, seperti pangeran kerajaan Johor, Lipur, Pane, Kuripan, Daha. Namun dari sekian banyak orang yang mencoba mendekati sang putri, dengan kelembutannya serta kebijakannya semuanya tidak ada yang diterima.Walaupun begitu ada pangeran yang tidak mau menerima keputusan sang putri, dan mengancam ingin menyerang serta menghancurkan kerajaan Tonjang Beru.
Sang putri tidak mau menerima semua pangeran untuk mempersuntingnya karena merasa memiliki tanggung jawab yang besar. Akan timbul sebuah bencana disaat putri memilih salah seorang pangeran. Dalam semadi yang dilakukannya, sang putri mendapat petunjuk agar menghadirkan semua pangeran dalam sebuah pertemuan menjelang pagi . Selain pangeran sendiri, juga harus disertai oleh seluruh rakyatnya masing-masing. Semua undangan diminta kehadirannya di pantai Kuta Lombok Selatan.
Seperti yag didapatkan dalam semedinya, sang putripun mengundang semua pangeran untuk hadir menjelang subuh. Sang putri yang cantik dan anggun hadir dengan diusung menggunakan usungan yang berlapiskan emas dengan pengawalan dari prajurit kerajaan. Semua undangan yang telah menunggu kehadiran sang putri hanya bisa berdecak kagum melihat kecantikan serta keaggunan sang putri.
Tidak lama kemudian, sang putri melangkah, lalu berhenti di sebuah batu, membelakangi laut lepas. Disitu Putri Mandalika berdiri kemudian ia melihat kepada seluruh undangannya. Sang putri hanya berbicara singkat, mengumumkan keputusannya dengan suara ”Wahai ayahanda dan ibunda serta semua pangeran dan rakyat negeri Tonjang Beru yang aku cintai. Hari ini aku telah menetapkan bahwa diriku untuk kamu semua. Aku tidak dapat memilih satu diantara pangeran. Karena ini takdir yang menghendaki agar aku menjadi Nyale yang dapat kalian nikmati bersama”
Mendengar apa yang diucapkan oleh sang putri, semua hadirinpun bingung. Dan tak lama kemudian sang putri menceburkan diri ke dalam laut. Bersamaan dengan itu juga tiba-tiba angin bertiup kencang dibarengi kilat dan petir yang menggelegar.
Disaat para tamu undangan masih dalam kebingungan muncullah binatang kecil yang jumlahnya sangat banyak yang mirip seperti cacing. Menurut dugaan mereka binatang itulah jelmaan dari sang sang putri.kemudian mereka beramai-ramai mengambil binatang itu untuk dinikmati sebagai santapan. (Tamrin)

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Welcome to My Blog

Statistik

Copyright 2010 TBM Al-hikmah. Powered by Blogger.

Mengenai Saya

My photo
Bersama Membangun Bangsa

Arsip Blog

- Copyright © TBM Al-Hikmah -Robotic Notes- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -