Archive for February 2012

Hay adalah hijauan makanan ternak yang diawetkan dengan cara dikeringkan di lapangan atau di tempat tertutup, dengan panas matahari atau buatan, mempunyai kandungan kering (BK) 80-85%, warna tetap hijau dan berbau enak.
Prinsip pembuatan hay adalah menurunkan kadar air hijauan secara bertahap tetapi berlangsung secara cepat. Tujuan menurunkan kadar air adalah agar sel-sel hijauan tersebut cepat mati dan mencegah pertumbuhan mikroorganisme. Dengan demikian tidak terjadi proses kimia baik berupa respirasi maupun fermentasi yang dapat menghasilkan panas. Pada hijauan, keadaan ini akan dicapai pada bahan kering 80-85%. Panas yang dipakai dapat berasal dari sinar matahari atau buatan, dengan demikian proses pengeringan sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca.


Keuntungan Hay

  1. Menghemat biaya peralatan
  2. Lebih cepat prosesnya
  3. Dapat dikontrol kerusakan fisiknya, karena mudah terlihat
  4. Ternak tidak perlu penyesuaian cara makannya, seperti pada silase

Kerugian
  • Sangat tergantung cuaca
  • Kerusakan gizinya lebih tinggi (caroten), terutama bila cuaca jelek.

Proses yang terjadi pada saat pengeringan
Pada proses penumpukan hijauan akan terjadi proses-proses sebagai berikut :
a. Proses respirasi
Hijauan yang segar masih mampu mengadakan respirasi. Respirasi ini akan mengambil oksigen dari luar dan akan menghasilkan air serta panas. Kerusakan gizi pada tahap ini bisa mencapai 10%
b. Proses fermentasi
Bakteri yang berpengaruh dalam proses fermentasi adalah dari jenis bakteri thermofilik, yang akan menghasilkan panas. Apabila tumpukan hijauan tidak sempurna, kerusakan yang disebabkan oleh bakteri dan enzim tersebut bisa mencapai 5-10%.
c. Reaksi kimiawi
Dalam proses pembuatan hay mungkin akan terjadi suatu reaksi kimiawi, akibat dari reaksi ini akan timbul panas yang tinggi, sehingga hasil dari hay akan berwarna coklat kehitaman.
Cara pembuatan Hay
 
a. Pengeringan di lapangan
Rumput yang dipotong rata-rata berkadar air 80%, harus dikeringkan sampai kadar air antara 16-24%. Pengeringan ini sangat tergantung pada sinar matahari, angin, hujan, temperatur, dan kelembaban udara. Prinsip pengeringan di lapangan adalah hijauan yang baru dipotong, segera ditebarkan di atas tanah yang datar, setipis mungkin. Setiap 1-2 jam dibolak-balik dan diaduk. Apabila cuacanya buruk/hujan, sebaiknya hay dikumpulkan jadi satu, ditumpuk dan ditutup dengan plastik bila perlu, baru setelah cuacanya baik, hay ditebarkan kembali. Pengeringan dihentikan bila BK hay sudah mencapai 80-85%. Menurut hasil penelitian Ristianto, pengeringan dapat dpercepat apabila pada waktu siang hari ditebarkan, sedangkan pada malam harinya digulung, untuk menghindari penyerapan air pada waktu malam hari.
Di daerah panas, daun bisa hancur dalam waktu 2-3 hari, terutama untuk golongan legume. Di samping warna yang berubah, protein, vitamin A dan E juga mengalami penurunan, dengan demikian kualitas hay yang dihasilkan menjadi rendah. Untuk mengatasi hal tersebut di atas, telah dibuat beberapa model alat pengeringan yang sederhana, mengingat bahwa pengeringan di lapangan/di atas tanah terbukti sulit untuk mempertahankan kualitas.

b. Pengeringan dengan menggunakan para-para
Bila cuaca buruk, pengeringan dengan menggunakan para-para dapat menbantu mempertahankan kualitas hay. Hijauan dibiarkan terurai di lapangan selama 1-2 hari (tergantung cuaca) dengan tujuan mengurangi kandungan airnya/melayukan. Pengeringan selanjutnya dilakukan dengan meletakkannya di atas para-para sampai BK-nya mencapai 80-85%. Pengeringan ini biasanya berlangsung 3 sampai 6 minggu tergantung cuacanya., walaupun demikian nilai gizinya lebih tinggi dibandingkan dengan bila dikeringkan dengan cara ditebar di lapangan.

Hasil penelitian di UGM Yogyakarta menunjukan bahwa hay yang dibuat, baik dengan menggunakan para-para yang diberi atap maupun tanpa atap, untuk mencapai kadar air <24% dicapai pada hari ke-13. Sedangkan pengamatan yang dilakukan oleh FAO di daerah tropis menunjukkan bahwa pengeringan dengan para-para lebih baik jika dibandingkan dengan di lapangan, seperti terlihat pada tabel di bawah ini.
Tabel. Macam-macam jenis pengeringan dan pengaruhnya terhadap kadar air
Tempat Pengeringan
Lama
Kehilangan PK
Daya Cerna
(hari)
(%)
BD
PK
Di atas tanah
6
13
66
66
Para-para
24
8
71
68
Pagar
14
11
73
68

c. Pengeringan dengan panas buatan
Pengeringan dengan panas buatan dimaksudkan agar proses pengeringan lebih cepat dan kemunduran gizi yang disebabkan oleh cuaca bisa dihindari, di samping itu juga dapat dipakai di segala waktu/musim, tetapi memerlukan biaya yang sangat mahal.
Prinsip pengeringan dengan panas buatan adalah hijauan segar dikeringkan pada tempat khusus dengan temperatur 100°C-250°C. Pengeringan dihentikan apabila kadar BK sudah mencapai 80-85%. 

d. Pengeringan dengan membiarkan hijauan menua/standing hay
Untuk mengatasi kekurangan hijaun makanan ternak dapat juga dibuat standing hay, yaitu mengusahakan sebagian lahan atau kebun rumput dan membiarkan rumput tersebut berbunga, menua, dan akhirnya menjadi kering dengan sendirinya. Kualitas hay yang dihasilkan jelas jauh lebih rendah dibandingkan dengan cara pengeringan yang lain.
 I.        PENDAHULUAN
                Kambing merupakan salah satu jenis ternak yang cukup digemari masyarakat, namun skala usahanya masih terbatas dengan sistem pemeliharaan dan perkembangbiakan secara tradisional. Kambing sudah lama diusahakan oleh masyarakat sebagai usaha sampingan atau tabungan karena pemeliharaan dan pemasaran hasil produksi (baik daging, susu, kotoran maupun kulitnya) relatif mudah. Meskipun secara tradisional telah memberikan hasil yang lumayan, jika pemeliharaannya ditingkatkan (menjadi semi intensif atau intensif), pertambahan berat badannya dapat mencapai 50-150 gr/hari. Ada tiga hal pokok yang harus diperhatikan dalam usaha ternak kambing, yaitu : harus mengenal bangsa kambing dan cirri-ciri kambing untuk bibit, bahan pakan dan cara pemberiannya, serta tata laksana.
                Pemeliharaan ternak kambing sangat mudah karena tidak membutuhkan keterampilan yang khusus, sehingga peternak baru pun mampu secara cepat belajar manajemen pemeliharaan. Usaha ternak di pedesaan tidak memerlukan modal yang besar, karena dapat dilakukan dengan sistem gaduhan (bagi hasil anak), ataupun dengan pembelian induk yang tidak terlalu mahal bila dibandingkan dengan ternak besar. Penyediaan sumber pakan hijauan yang ada di pedesaan umumnya cukup berlimpah, seperti rumput lapangan, leguminosa, limbah pertanian (limbah sayuran, tanaman pangan, perkebunan), dan lainnya. Selain itu, dalam berusaha ternak kambing tidak perlu memiliki lahan yang luas, hanya diperlukan kandang (sesuai dengan jumlah yang akan dipelihara), pakan yang dapat diambil dari kebun, lapangan umum atau digembalakan di lahan-lahan umum (lapangan, di perkebunan, dan tempat lainnya).
II.       MENGENAL BANGSA KAMBING
1.     Kambing Kacang
kambing_kacang.jpg
Gambar Kambing Kacang
Kambing ini asli dari Indonesia dan memiliki cirri : badan kecil, pendek, telinga pendek, tegak, leher pendek, punggung meninggi, bertanduk baik jantan atau betina, tinggi badan 55-65 cm dan bobot hidup jantan sekitar 25 kg dan betina sekitar 20 kg.
2.     Kambing PE (Peranakan Etawah)
kambing_etawa.jpg
Gambar Kambing PE
Kambing ini merupakan persilangan kambing kacang dengan kambing etawah. Memiliki tanda-tanda antara lain telinga panjang sekitar 18-30 cm; bobot hidup dewasa jantan mencapai 40 kg dan betina sekitar 35 kg; tinggi punggung berkisar antara 76-100 cm; pada jantan, bulu bagian atas dan bawah leher, serta pundak lebih tebal dan agak panjang, sedangkan pada betina hanya bagian paha yang lebih panjang. Warna kambing ini bervariasi dari coklat sampai hitam.
3.     Kambing Merica
Kambing merica banyak terdapat di pulau Sulawesi, tubuhnya lebih kecil dari kambing kacang dan diduga masih satu keturunan dengan kambing kacang.
4.    Kambing Gembrong
kambing_gembrong.jpg
Gambar  Kambing Gembrong
Kambing ini banyak terdapat di Pulau Bali, memiliki tubuh lebih besar dari kambing kacang dan mempunyai bulu yang panjang, terutama yang jantan.
Selain kambing penghasil daging, ada kambing yang digunakan sebagai penghasil susu atau kambing tipe perah. Kambing ini mampu menghasilkan susu walaupun produktivitasnya rendah, namun harga susu kambing lebih mahal dibandingkan dengan susu sapi,. Berikut ini adalah contoh kambing tipe perah :
1.     Kambing Saanen
kambing_saanen.jpg
Gambar  Kambing Saanen 
Kambing Saanen berasal dari Lembah Saanen Switzerland, memiliki tanda-tanda baik jantan maupun betina tidak bertanduk; warna putih atau krem pucat atau muda; hidung, telinga, dan ambing belang hitam; dahi lebar; telinga sedang dan tegak.
2.    Kambing Etawah (Jamnapari)
kambing_jamnapari.jpg
Gambar  Kambing Etawah / Jamnapari
Kambing etawah asli atau dikenal dengan kambing jamnapari berasal dari daerah Jamnapari India, dengan ciri-ciri hidung melengkung, telinga panjang (30 cm) terkulai, kaki panjang, dan berbulu panjang pada garis belakang kaki, warna bulu belang hitam putih atau merah, atau coklat putih. Jantan dan betina bertanduk dengan tinggi badan jantan dewasa mencapai 90-127 cm, dan yang betina dewasa antara 76-92 cm. Bobot badan jantan dewasa 36-63 kg. Rataan produksi susu kurang lebih 3 liter/ekor/hari dengan ambing relatif besar dan panjang seperti botol.
3.    Kambing Alpine
kambing_alpine.jpg
Gambar  Kambing Alpine 
Kambing ini ada yang bertanduk dan ada yang tidak bertanduk, tubuhnya besar dan tingginya sama dengan kambing saanen. Warna bulu bermacam-macam, dari putih sampai kehitam-hitaman dengan warna muka ada garis putih di atas hidung. Kambing ini dikenal sebagai kambing penghasil susu.
4.     Kambing (Anglo)-Nubian
kambing_anglo.jpg
Gambar Kambing Anglo Nubian 
Kambing Anglo Nubian atau sering di sebut kambing Nubian memiliki bulu yang pendek, berkaki panjang, dan dapat menyesuaikan diri di daerah panas. Kambing ini merupakan kambing yang subur (beranak kembar) dan ada yang bertanduk dan ada yang tidak bertanduk.
Untuk memilih kambing calon bibit, sebaiknya peternak mengenal ciri-ciri calon bibit, baik pada jantan maupun betina. Calon bibit jantan hendaknya memiliki : tubuh yang sehat, besar (sesuai umur), relatif panjang, dan tidak cacat; dada dalam dan lebar, dengan kaki lurus dan kuat serta tumit tinggi; penampilan gagah, aktif dan besar nafsu kawinnya; buah zakarnya normal (2 buah sama besar); alat kelaminnya kenyal dan dapat ereksi; kambing yang digunakan untuk bibit sebaiknya dari keturunan kembar; bulu bersih dan mengkilat. Seperti halnya pada jantan, betina calon bibit juga harus sehat, tidak terlalu gemuk dan tidak cacat, kaki lurus dan kuat dan alat kelamin normal. Sebaiknya dipilih kambing yang mempunyai sifat keibuan dan memiliki ambing normal (halus, kenyal, tidak ada infeksi). Sebaiknya dipilih dari keturunan kembar. Bulu bersih dan mengkilat.
                Dalam maemilih calon bibit, hindari ternak cacat atau tidak normal, antara lain rahang atas dan bawah tidak rata; tanduk tumbuh melingkar menusuk leher; hanya mempunyai satu buah zakar, atau mempunyai dua buah tapi besarnya tidak sama; terdapat infeksi atau pembengkakan pada ambing/buah susu (untuk betina); kaki berbentuk huruf X atau pengkor; buta atau rabun, yang dapat diketahui dengan menunjuk-nunjukkan jari telunjuk di depan matanya, apabila ada reaksi berkedip berarti  ternak tersebut tidak buta; ternak majil/mandul.
                Selain itu, peternak juga harus mampu menentukan umur kambing. Pendugaan umur dapat dilakukan dengan melihat kartu identitas, dan dapat juga dengan melihat jumlah gigi seri tetap yang tumbuh. Bila gigi seri tetap belum ada, kambing berumur kurang dari satu tahun. Apabila sudah tumbuh gigi tetap sebanyak satu pasang (dua buah), maka diperkirakan berumur 1-2 tahun. Bila terdapat dua pasang, berarti kambing diperkirakan berumur antara 4-5 tahun. Apabila gigi seri tampak sudah mulai aus atau lepas, maka kambing tersebut sudah berumur lebih dari 5 tahun.
                Jika akan mengawinkan kambing, maka ternak betina harus dalam keadaan birahi dan sehat. Ternak kambing jantan dan betina harus di kumpulkan dalam satu kandang kawin. Perkawinan dapat terjadi 2 atau 3 kali, tetapi apabila ternak betina tidak mau di kawinkan lagi, berarti ternak betina tersebut telah bunting dan harus dipisahkan dengan ternak jantan.
                Ternak betina yang bunting mempunyai ciri-ciri nampak lebih besar, lebih gemuk di bagian perutnya, bulu makin mengkilap, ambing susunya makin membengkak dan menjadi besar, begitu pula dengan dengan puting susunya.

III.      PAKAN DAN PEMBERIANNYA
                Pakan berguna untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok, seperti produksi (tumbuh besar, gemuk, dan susu) dan untuk bereproduksi (kawin, bunting, beranak, dan menyusui). Pemberian pakan harus sesuai dengan kebutuhannya dan jumlahnya di sesuaikan dengan status fisiologis ternaknya. Sebagai patokan umum yaitu 10% bahan kering dari bobot badan. Contoh : bila bobot hidup kambing 25 kg maka pemberian hijauan sekitar 2,5 kg kering atau 5 kg basah.
Pakan untuk kambing dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu sumber energi, sumber protein, dan sumber mineral. Sumber energi antara lain jagung, sorgum, dedak padi, dedak gandum, dedak jagung, ketela rambat, singkong, onggok, rumput-rumputan dan jerami padi. Bahan pakan yang merupakan sumber protein antara lain jenis leguminosa glirisidia, turi, lamtoro, centrocema, dan sisa pertanian seperti : daun kacang, daun singkong, bungkil kedelai, biji kapas, ampas tahu, ampas kecap dan lain-lain. Sebagai sumber mineral misalnya air minum yang harus selalu tersedia di dalam kandang.
                Hijauan dapat disediakan dengan cara mencari di alam atau dapat pula dibudidayakan. Penanaman dapat dilakukan di areal yang tidak dimanfaatkan untuk tanaman pertanian, seperti di galengan/pematang sawah, pinggir jalan, tanah desa, di lereng atau bahkan dapat di tanam sebagai pagar hidup, atau di areal tanam sebagai monokultur.
                Berbagai jenis hijauan yang dapat digunakan adalah rumput-rumputan (rumput alam, rumput gajah, setaria, rumput benggala, rumput raja dan lain sebagainya) dan leguminosa (daun kacang-kacangan, lamtoro, turi, glirisida, kaliandra, albasia dan lain-lain). Hijauan yang berasal dari sisa hasil panen seperti daun ubi, daun nangka, daun kacang tanah, daun kacang kedelai, dan daun pisang juga dapat digunakan sebagai pakan kambing. Dalam pemberian pakan hijauan, perlu diperhatikan imbangan antara rumput dan daun leguminosa dikaitkan dengan kondisi fisiologis ternak. Pada kambing dewasa, pemberian pakan rumput dan leguminosa dapat diberikan dengan perbandingan 3:4. Namun bila ternak dalam keadaan bunting, sebaiknya perbandingan rumput dan daun leguminosa adalah 3:2. Lain halnya bila kambing sedang menyusui, perbandingan sebaiknya 1:1. Anak kambing lepas sapih diberikan rumput dan daun leguminosa dengan perbandingan 3:2. Hindari pemberian hijauan yang masih muda. Jika terpaksa digunakan hendaknya diangin-anginkan selama minimal 12 jam untuk menghindari terjadinya bloat(kembung) pada kambing.
Pakan sebaiknya diberikan 2 kali sehari (pagi dan sore), dan diberikan juga air minum dan garam beryodium secukupnya. Untuk kambing bunting, induk menyusui, kambing perah, dan pejantan yang sering dikawinkan perlu ditambahkan makanan penguat dalam bentuk bubur berupa campuran dedak, ampas tahu, dan bahan lain yang tersedia sebanyak 0,5-1 kg/ekor/hari.
Bahan pakan berupa hijauan juga dapat diawetkan pada saat hijauan melimpah, seperti membuat silase atau hay. Jerami padi dan kacang-kacangan dapat dimanfaatkan sebagai pakan kambing di saat musim kemarau.

IV.     TATA LAKSANA|
4.1.         Kandang
                Kandang terbuat dari bahan yang kuat dan harga murah dengan memanfaatkan bahan yang tersedia di lokasi. Kandang harus segar (ventilasi baik, cukup cahaya matahari, bersih, dan minimal berjarak 5 meter dari rumah). Sebaiknya dibuat kandang dalam bentuk panggung dengan sekat yang dapat dibongkar pasang dan lantai dari bambu atau papan. Di belakang kandang dibuat penampungan kotoran dan sisa pakan. Sebagai patokan ukuran luas kandang adalah :  untuk jantan dewasa dibutuhkan 1,5 m2, untuk betina dewasa 1 m2,  untuk betina menyusui 1,5 m2, anak dan kambing muda 0,75 m2. Usahakan ada lampu penerang yang dipasang di dalam kandang. Selain itu, di dalam kandang juga perlu disediakan tempat pakan dan minum.
                Model kandang panggung memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya adalah kandang menjadi bersih karena kotoran jatuh ke bawah, kebersihan ternak lebih terjamin, lantai kandang selalu kering, dan pertumbuhan kuman dan parasit jamur dapat ditekan. Namun demikian, beberapa kelemahan dari kandang panggung antara lain biaya relatif mahal, resiko ternak terperosok atau jatuh, dan kandang memikul ternak lebih berat.
4.2.         Pengelolaan Reproduksi.
                Diusahakan agar kambing bisa beranak minimal 3 kali dalam 2 tahun. Hal-hal yang harus diperhatikan adalah :
a.   Kambing mencapai dewasa kelamin pada umur 6-10 bulan, dan sebaiknya dikawinkan pada umur 10-12 bulan atau saat bobot badan mencapa 55-60 kg.
b.   Lama birahi 24-45 jam, siklus birahi berselang selama 17-21 hari.
c.    Tanda-tanda birahi: gelisah, nafsu makan dan minum menurun, ekor sering dikibaskan, sering kencing, kemaluan bengkak dan mau atau diam bila dinaiki. Bila birahi pagi, maka esok atau sorenya harus dikawinkan
d.   Perbandingan jantan dan betina 1:10.
e.   Dengan pengelolaan yang baik, kambing dapat beranak 7 bulan sekali.
f.    Pekawinan kembali setelah melahirkan 1 bulan kemudian
g.   Penyapihan anak dilaksanakan pada 3-4 bulan.
Mengawinkan Ternak:
      Saat yang baik untuk mengawinkan kambing adalah 12-18 jam setelah tanda-tanda birahi muncul. Campurkan betina berahi dan pejantan dalam satu kandang. Hindari perkawinan sedarah atau garis keturunan yang sama antara jantan dan betina atau yang masih dekat hubungan kekerabatannya (anak dengan bapak, anak dengan induk, atau antar saudara kandung).
Ternak Melahirkan:
Tanda-tanda induk akan melahirkan:
a.   Pinggul mengendur.
b.   Ambing tampak besar dan puting susu terisi penuh.
c.    Alat kelamin (vulva) membengkak kemerah-merahan dan lembab.
d.   Gelisah, menggaruk-garuk tanah atau lantai kandang dan sering mengembik.
e.   Nafsu makan menurun.
Persiapan Perawatan Kelahiran:
a.   Bersihkan kandang.
b.   Sediakan alas yang kering dan bersih untuk menyerap cairan yang keluar selama proses kelahiran (jerami atau karung goni).
c.    Sediakan jodium tinctur untuk dioleskan pada bekas potongan tali pusar
Proses Kelahiran :
a.   Kantong ketuban pecah.
b.   Beberapa saat kemudian anak mulai keluar.
c.    Setelah anak lahir, potong tali pusar dan oleskan jodium tinctur pada bekas potongannya.
d.   Biarkan induk menjilati anak yang baru lahir. Jika induk tidak mau menjilati, bersihkan cairan yang menempel dengan menggunakan kain lap yang bersih dan kering.
e.   Bersihkan lubang hidung dan mulut anak kambing yang baru lahir agar mudah bernafas
Perawatan anak yang baru lahir:
a.   Setelah lahir, anak akan segera menyusu pada induknya. Sebaiknya anak dibantu untuk dapat segera menyusu ibunya.
b.   Anak yang tidak segera menyusu dalam waktu 12 jam setelah lahir harus segera diberi susu pengganti kolostrum.
Pembuatan susu kolostrum buatan:
                Campurkan 0,25-0,5 liter susu sapi atau susu bubuk dengan 1 sendok teh minyak ikan, 1 butir telor ayam dan setengah sendok makan gula pasir. Berikan dengan cara dicekok 3-4 kali sehari.
4.3.         Pengendalian Penyakit
                Hendaknya ditekankan pada pencegahan penyakit melalui sanitasi kandang yang baik, makanan yang cukup gizi, dan vaksinasi. Adapun penyakit yang sering menyerang ternak kambing adalah :
a.     Kurap/Kudis (Scabies)
Penyakit ini disebabkan oleh parasit kulit (termasuk kutu). Tanda-tanda yang diperlihatkan adalah: gelisah karena gatal, bulu rontok, kulit merah dan menebal. Tempat yang sering diserang yaitu muka, telinga, pangkal ekor, leher, dan bagian lainnya. Pencegahan  dilakukan dengan menjaga kebersihan kandang dan ternak, serta memisahkan ternak sakit dari ternak yang sehat.
b.     Kembung Perut (Bloat/Thympani)
Penyakit ini disebabkan oleh  gas yang timbul karena makanan (rumput muda). Tanda-tanda yang diperlihatkan antara lain : perut sebelah kiri membesar, nafas pendek dan cepat, serta tidak mau makan. Pencegahan dilakukan dengan tidak memberi rumput muda. Bila terjadi,  beri ternak kambing larutan gula merah dan asam jawa, dan keluarkan gas dengan menguras perut kambing. Apabila ada ternak yang sakit, pisahkan dari kelompoknya.
c. Lain-lain


Agar susu kambing yang dihasilkan tidak beraroma kambing ( prengus ), Lembah Gogoniti Farm meramu pakan dengan cara difermentasi. Di samping mengurangi pakan hijauan sebagai pakan utama kambing, Pakan fermentasi  mempunyai keuntungan yaitu:
  • Membuat penggemukan kambing semakin cepat
  • Memperbaiki pencernakan kambing
  • Lebih kebal terhadap penyakit
  • Meningkatkan produksi susu
  • Menjadikan susu kambing menjadi tidak beraroma kambing(prengus)
  • Mengurangi bau
  • Meningkatkan nafsu makan
  • Kotoran menjadi lebih sedikit karena pakan menjadi tercerna dengan baik
Untuk kali ini saya akan membahas fermentasi dari pakan kambing ettawa dari bahan:
  1. bahan biji-bijian (kulit kacang hijau,kulit  kedelai, kacang hijau afkir , kulit kacang, jagung giling, dll)
  2. polard (bekatul gandum)
  3.  kulit kedelai
  4. tetes tebu
  5. ampas tahu
  6. cattlegro / EM4 / Sejenisnya
Untuk tempat fermentasi harus kedap udara (hampa udara)

Langkah-langkahnya yaitu:

  1. Masukkan kacang hijau yang telah dibersihkan ke dalam ember. Setelah itu tambahkan ampas tahu, polard, kulit kedelai, dan ampas tahu.
  2. Tuangkan 2 cc cattlegro/ sejenisnya ke dalam air bersih 1 liter, kemudian masukkan tetes tebu ke dalam 1 liter air tersebut dan aduk hingga melarut.
  3. Campurkan 1 liter air yang telah diberi cattlegro dan tetes tebu ke dalam ember dan campurkan hingga merata
  4. Tutup ember dengan rapat sampai tidak ada udara yang masuk ke dalam ember, dan biarkan selama seminggu
Setelah seminggu buka tutup ember, apabila bau pakan menjadi harum berarti proses fermentasi pakan telah berhasil, namun apabila pakan tidak berbau harum kemungkinan takaran komposisi pakan belum tepat.


 Selamat mencoba.

MEMBUAT PAKAN FERMENTASI

Cara yang relatif murah, praktis dan hasilnya sangat disukai ternak adalah fermentasi dengan menambahkan bahan mengandung mikroba proteolitik, lignolitik, selulolitik, lipolitik dan bersifat fiksasi nitrogen non simbiotik (contohnya: starbio, starbioplus, EM-4 dan lain-lain).

1. Bahan-bahan
  • Jerami/Rumput Gajah/Kolonjono/dll : 1 ton
  • Urea : 6 kg
  • Starbio atau bahan sejenis : 6 kg
  • Air : Secukupnya
2. Tempat
  • Ada naungan/atap terhindar dari hujan dan sinar matahari langsung.
3. Cara Pembuatan
  1. Jerami kering panen dilayukan selama ± 1 hari untuk mendapatkan kadar air mendekati 60%, dengan tanda-tanda jerami kita remas, apabila air tidak menetes tetapi tangan kita basah berarti kadar air mendekati 60%. 
  2. Jerami yang sudah dilayukan tersebut dipindahkan ke tempat pembuatan dengan cara ditumpuk setebal 20-30 cm (boleh diinjak-injak) kemudian ditaburkan urea, bahan pemacu mikroorganisme (starbio atau bahan sejenis) dan air secukupnya kemudian ditumpuk lagi jerami seperti cara di atas sehingga mencapai ketinggian ± 1,5 m. 
  3. Tumpukan jerami dibiarkan selama 21 hari (tidak perlu dibolak-balik)
  4. Setelah 21 hari tumpukan jerami dibongkar lalu diangin-anginkan atau dikeringkan. 
  5. Jerami siap diberikan pada ternak atau kita stok dengan digulung, dibok dan disimpan dalam gudang. Tahan disimpan selama ± 1 tahun
Catatan :
  • Dalam membuat jerami fermentasi tidak perlu ditutup. Apabila membuat jerami fermentasi dalam jumlah sedikit tumpukan jerami bisa ditutup dengan sehelai karung goni.
  • Selain jerami, bahan lain yang bisa di fermentasi untuk makanan ternak antara lain: alang-alang, pucuk tebu dll. Alang-alang dibuat fermentasi dengan dilayukan terlebih dahulu dan harus dipotong-potong antara 5-10 cm (bahan sama yaitu starbio dan urea).
  • Fungsi urea pada proses pembuatan fermentasi adalah sebagai pensuplai NH3, ini digunakan sebagai sumber energi bagi mikrobia dalam poses fermentasi. Jadi disini urea tidak sebagai penambah nutrisi pakan. Bisa juga dikatakan sebagai katalisator dalam proses fermentasi. 
  • Perbedaan Amoniasi dan Fermentasi, Amoniasi adalah suatu poses perombakan dari struktur keras menjadi struktur lunak (hanya struktur fisiknya) dan penambahan unsur N saja, sedangkan Fermentasi: adalah proses perombakan dari struktur keras secara fisik, kimia dan biologis sehingga bahan dari struktur yang komplek menjadi sederhana, sehingga daya cerna ternak menjadi Iebih efisien.
kambing pun akan sehat, gemuk dan bahagia...
Dalam usaha peternakan kambing peranakan etawa, terlebih lagi jika pemeliharaan dengan jumlah besar, kambing memerlukan perhatiaan yang cukup serius, sehingga perlu ditempatkan dalam sebuah kadang.

Membangun kandang untuk kambing etawa seperti membangun rumah untuk tempat tinggal manusia, sehingga secara hakekat normative harus sama. Pembangunan kandang memerlukan keterampilan dan keseriusan. Tujuannya adalah untuk menciptakan desain kandang yang sempurna bagi kambing yang akan dipelihara agar benar-benar menjadi home sweet home bagi kambing itu sendiri. Prinsipnya adalah konstruksi kandang harus dapat membuat kambing merasa nyaman dan aman. Kondisi ini tentunya akan menjadikan kambing berproduksi secara normal.

Dalam hal ini kandang memiliki fungsi sebagai berikut ini:

  1. Kandang harus dapat melindungi kambing dari hewan-hewan pemangsa maupun hewan penganggu.
  2. Kandang harus dapat mempermudah kambing dalam melakukan aktifitas keseharian kambing seperti makan, minum, tidur, kencing, atau buang kotoran.
  3. Kandang dapat mempermudah peternak dalam melakukan pengawasan dan menjaga kesehatan ternak.
  4. Sebagai tindakan preventif agar supaya kambing tidak merusak taneman dan fasilitas lain yang berada di sekitar lokasi kandang, serta menghindari terkonsumsinya pakan yang berbahaya bagi kesehatan kambing.
Kandang di usahakan di bangun dilokasi yang jauh dari pemukiman warga. Hal ini di maksudkan agar supaya kotoran yang ditimbulkan oleh kambing tidak menganggu warga masyarakat. Dianjurkan juga lokasi kandang sebaiknya berada di tanah yang memiliki tanaman yang rimbun . Hal ini dimaksudkan agar supaya angin yang bertiup tidak terlalu kencang. Angin yang terlalu kencang dapat menyebabkan kambing sering kembung perut.

Luasan kandang sebaiknya disesuaikan dengan jumlah kambing yang akan dipelihara. Standart luas kandang untuk seekor kambing adalah 1,5m persegi, sehingga untuk memelihara kambing 10 ekor, dibutuhkan lahan seluas 15m persegi. Pembuatan kandang di sarankan untuk melihat potensi pengembangan, sehingga perlu di buat kandang yang lebih luas. Pembuatan kandang memang membutuhkan biaya yang ekstra, tetapi manfaatnya akan lebih terasa pada masa yang akan datang. Jika dipandang terlalu luas dengan jumlah kandang yang ada, kandang bisa diberi sekat untuk pemisah sehingga gerak untuk kambing jadi terbatas. Usahakan pembangunan kandang di indari dari tempat genangan air.

Desai dan konstruksi kandang tidak usah terlalu mewah, tetapi cukup sederhana saja, apalagi kalau pemeliharaannya sekala kecil, di bawah 5 ekor. Namun, apabila pemeliharaannya bersekala komersiil atau di atas 10 ekor, jelas diperlukan desain dan konstruksi khusus yang ideal di area yang cukup luas. Ini disebabkan pemeliharaan kambing sekala komersial memerlukan penangan yang lebih serius.

Kandang di usahakan berbentuk panggung, karena pada dasarnya akan lebih mudah bagi peternak untuk melakukan pengawasan terhadap ternakan tu sendiri. Dasar kandang di buat agak miring dengan kemiringan 60’. Dasar kandang ini berada di bawah lantai karena kontrusi kandang di buat system pangggung. Fungsinya agar limbah kotoran kambing dapat langsung mengalir ke parit atau bak penampungan kambing yang disediakan di sekitar kandang. Tujuan utama pembagunan dasar kandang yang miring adalah agar supaya tercipta kebersihan kandang. Karena kandang yang bersih merupakan cara pencegahan penyakit pada ternak. Bila nanti di lantai kolong kandang masih ada kotoran kambing sebaiknya setiap hari kandang disapu atau dibersihkan agar supaya tidak muncul bau yang dapat mengancam kesehatan ternak.

Berikut Disain Kandang Kambing yang baik :

Model-model kandang kambing :











Dah lama sekali saya ingin menjadi peternak, tapi sampai sekarang belum tercapai juga, udah sich sempat terjun di peternakan bebek, tapi rugi total. ayam juga gitu, nah tinggal yang ini saya yang pengen saya coba.. kalo ada yang mau atau pengen ikut mencoba, berikut analisa enaknya beternak kambing.. kalo yang g enaknya dikesampingkan dulu aja.. hehe

1. Masa produktif kambing betina dan pejantan adalah 5 tahun. Pembelian kambing etawa adalah kambing yang tergolong dara atau kambing yang siap untuk beranak. Jadi waktu penantian peternak tidak terlalu lama.

2. Waktu pemeliharaan adalah 5 tahun.

3. Upah tenaga kerja atau gaji berdasar hitungan apabila kita membeli pakan ternak

4. Induk dapat beranak 3 kali dalam 2 tahun. Dan dalam sekali beranak dihitung rata-rata 2 ekor per kelahiran. Kelahiran 1 dan 3 ekor per kelahiran diabaikan.

5. Jumlah cempe yang akan di hasilkan selama 5 tahun adalah : 15 ekor x 22 induk = 330 ekor cempe.

6. Angka kematian 10%, sehingga diperkirakan kematian maksimal adalah sebanyak 33 ekor.

7. 1 (satu) ekor kambing etawa diperkirakan menghasilkan 7,5 kg pupuk kandang per bulan. Kotoran dari cempe di kesampingkan. Asumsi harga pupuk kandang di pasaran jogjakarta Rp. 200/kg.

8. 1 (satu) ekor kambing etawa diperkirakan dapat menghasilkan urine sebanyak 30 liter per bulan, dengan asumsi harga urine di pasaran Rp.1500/liter.

9. Harga cempe mengacu pada kriteria kambing standart yang terjadi di pasaran kaligesing, Jogjakarta. Harga cempe kepala hitam istimewa dikesampingkan. Karena harga tersebut tidak dapat dijadikan acuan dalam perhitungan ini. Harga patokan di ambil kisaran bulan juli 2007.

10. Hasil analisa ini masih belum memperhitungkan hasil penjualan susu pada saat induk kambing etawa bisa di perah selama masa menyusui .

Analisa ini hanya berdasar pengalaman yang saya terapkan dilingkungan peternak Desa Donorejo ,Kec Kaligesing,Kab Purworejo

A. INVESTASI TETAP

# Kambing betina 22 ekor @ Rp. 4.000.000

22 ekor x Rp. 4.000.000

= Rp. 88.000.000

# Kambing jantan 2 ekor @ Rp. 3.500.000

2 ekor x Rp. 3.500.000

= Rp. 7.000.000

# Kandang 4 unit @ Rp. 5.000.000

4 unit x Rp. 5.000.000

= Rp. 20.000.000

# Peralatan kandang Rp. 500.000

Total investasi tetap:

Rp. 88.000.000 + Rp. 7.000.000 + Rp. 20.000.000 + Rp. 500.000

= Rp. 115.500.000

B. BIAYA PRODUKSI

# Biaya pemeliharaan kambing induk (24 ekor)

- Gaji karyawan/biaya pakan

Rp. 1.400.000 : 30 hari 24 ekor

= Rp. 2000/ekor/hari

Total biaya pemeliharaan induk per 5 tahun adalah

Rp. 2.000 x 5 tahun x 12 bulan x 24 ekor x 30 hari

= Rp. 86.400.000

C. PROYEKSI PENDAPATAN

# Penjualan cempe

300 ekor x Rp. 1.500.000

= Rp. 450.000.000

# Penjualan induk afkir

24 ekor x Rp. 1.500.000

= Rp. 36.000.000

# Penjualan pupuk kandang

7,5 kg x 12 bulan x 5 tahun x Rp. 200 x 24 ekor

= Rp. 2.160.000

# Penjualan urine

30 liter x 12 bulan x 5 tahun x Rp. 1500 x 24 ekor

= Rp. 64.800.000

D. REKAPITULASI PENDAPATAN

1. Biaya-biaya:

- Biaya investasi Rp. 115.500.000

- Biaya pemeliharaan selama 5 tahun Rp. 86.400.000

Total biaya Rp. 201.900.000

2. Pendapatan;

- Penjualan cempe Rp. 450.000.000

- Penjualan induk afkir Rp. 36.000.000

- Penjualan pupuk kandang Rp. 2.160.000

- Penjalan urine Rp. 64.800.000

Total pendapatan Rp. 552.960.000

Keuntungan yang bisa diperoleh adalah sbb:

Rp. 552.960.000 – Rp. 201.900.000

= Rp. 351.060.000

Penghasilan per bulan

Rp. 351.060.000: 5 tahun : 12 bulan

= Rp. 5.851.000

Dengan 22 ekor betina kita per bulan mendapatkan penghasilan sebesar Rp. 6.211.00 Estimasi keuntungan tersebut belum termasuk kalau hasil cempe yang di keluarkan berkualitas super. Karena pada dasarnya harga cempe yang bener-bener super itu tidak ada batasannya. sebagai gambaran, penulis pernah menjual cempe jantan umur 3 bulan dengan harga 7,5 juta seekor.

Dan estimasi ini termasuk kalo kita asumsikan membeli pakan sendiri satu ekor kambing dengan harga Rp 1,500/ ekor perhari walaupun pada kenyataanya saya sendiri untuk biaya pakan ternak hanya membutuhkan uang Rp 20.000.jadi barometer penghasilan tersebut di atas adalah harga yang paling bawah (rp.1,5jt)
Welcome to My Blog

Statistik

Copyright 2010 TBM Al-hikmah. Powered by Blogger.

Mengenai Saya

My photo
Bersama Membangun Bangsa

Arsip Blog

- Copyright © TBM Al-Hikmah -Robotic Notes- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -