25 Mar 2012
Bagi sebagian orang atau lebih khususnya bagi para pemuda/remaja, malam minggu merupakan malam yang bisa digunakan untuk ngumpul-ngumpul bersama teman ataupun untuk pergi ngapel.
Beda lagi dengan pemuda/remaja masjid Nurul Huda Lembok Lauk. Remaja Masjid yang beranggotakan 100 orang ini, malam minggu digunakna untuk sesuatu yang lebih bermanfaat seperti berdiskusi serta berserakalan (membaca Al-Barzanji) dan tahlilan secara bergantian dirumah-rumah warga.
Kegiatan ini diprakarsai oleh Kadus Lembok Lauk KARYA beserta ketua remaja masjid Nurul Huda Ruslim dengan dukungan sepenuhnya dari sesepuh/tokoh masyarakat Lembok Lauk H. Turmizi. Selain diikuti oleh para remaja, kegiatan ini juga diikuti oleh orang tua yang mewakili anaknya yang tidak bisa hadir karena berada di rantauan seperti di Malaysia atau ditempat-tempat lain di luar daerah.
Kegiatan yang sudah berlangsung selama dua tahun ini dirasakan sangat bermanfaat sekali oleh warga, selain untuk meminimalkan pekerjaan yang tidak berguna seperti nongkrong di tempat-tempat umum juga untuk melestarikan “Serakalan” (pembacaan Al-Barzanji) yang dirasa sudah agak jarang diamalkan oleh generasi muda penerus sekarang.
Selain itu, kegiatan remaja Lembok Lauk yang yang tidak kalah menariknya dan perlu dicontoh oleh remaja masjid lainnya adalah rasa sosialnya yang masih tinggi. Mereka memiliki kepudulian terhadap sesame remaja dengan mengadakan perkumpulan seperti arisan dengan mengeluarkan uang sebesar Rp. 10.000 jika salah seorang diantara anggota remaja menikah. Bukan hanya itu saja, kegiatan yang menonjol juga terlihat disaat ada salah seorang warga yang mengadakan gawe/selamatan. Semua remaja ikut membantu bukan saja pada hari penyelengaraan, namun jauh hari sebelumnya seperti pengadaan/belah kayu bakar (dalam Bahasa Sasak disebut “ngandik”) dan pembuatan tempat penyelenggaraan (tetaring). Tamrin
Selain itu, kegiatan remaja Lembok Lauk yang yang tidak kalah menariknya dan perlu dicontoh oleh remaja masjid lainnya adalah rasa sosialnya yang masih tinggi. Mereka memiliki kepudulian terhadap sesame remaja dengan mengadakan perkumpulan seperti arisan dengan mengeluarkan uang sebesar Rp. 10.000 jika salah seorang diantara anggota remaja menikah. Bukan hanya itu saja, kegiatan yang menonjol juga terlihat disaat ada salah seorang warga yang mengadakan gawe/selamatan. Semua remaja ikut membantu bukan saja pada hari penyelengaraan, namun jauh hari sebelumnya seperti pengadaan/belah kayu bakar (dalam Bahasa Sasak disebut “ngandik”) dan pembuatan tempat penyelenggaraan (tetaring). Tamrin
