9 Dec 2011

Secara normatif, agama (Islam) dari awal menyebutkan bahwa kebersihan merupakan sebagian dari iman (An- nazhafatu minal-iman). Atau dalam kehidupan sehari-hari mungkin masih teringat sebuah slogan “bersih pangkal sehat”. Sekilas ajaran normati ataupun slogan ini terlihat singkat dan sederhana, namun memiliki arti yang begitu penting bagi kehidupan manusia, Baik kehidupan secara pribadi, keluarga, dan terlebih lagi bagi masyarakat.

Slogan ini memang begitu popular, namun ternyata belum terlalu banyak mendapat perhatian, karena secara aplikatif masih banyak masyarakat yang belum sadar akan pentingnya arti sehat bagi kehidupan. Sebagai contoh adalah minimnya perhatian masyarakat terhadap kebersihan lingkungan.

Minimnya perhatian tersebut dibuktikan dengan hal-hal kecil namun berdampak besar. Seperti membuang sampah sembarangan (ke jalan, ke kali atau ke sungai-sungai), tidak mau membiasakan diri buang air di WC, membiarkan bak mandi kotor, keengganan masyarakat dalam gotong royong membersihkan jalan, dan sebagainya. Masalah-masalah kecil di atas apabila dibiarkan secara terus menerus akan melahirkan dampak besar terhadap kehidupan masyarakat. Wajar apabila anak-anak, dan bahkan orang dewasa sering terkena muntaber, demam berdarah, gatal-gatal atau korengan, gangguan pernafasan, dan sebagainya karena disebabkan oleh lingkungan yang kotor. Bukan hanya itu, kebiasaan-kebiasaan hidup kotor akan menjadikan makhluk lain seperti hewan dan tumbuh-tumbuhan menjadi terganggu dan bahkan mati dan punah.


Bagaimana memupuk kesadaran masyarakat ?
Secara umum, lingkungan yang kotor bisa disebabkan oleh dua hal.
  1. Kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya arti sehat bagi kehidupan
  2. Kurangnya pasilitas yang mendukung terbentuknya lingkungan yang bersih. Sebab yang pertama terjadi adalah karena kurangnya sosialisasi dari pemerintah daerah akan arti kebersihan lingkungan, minimnya pengetahuan tentang hal tersebut, dan menurunnya budaya gotong royong di masyarakat. Sebab yang kedua terjadi karena kurangnya dana untuk membeli pasilitas yang mendukung kebersihan semacam kloset, bak sampah atau peralatan lain yang menunjang.


Penyebab di atas akan bisa teratasi apabila semua elemen dalam masyarakat ikut berpartisipasi untuk bergerak, menyatu, dan saling bahu membahu dalam menciptakan lingkungan yg bersih, meskipun mungkin masalah dana tetap menjadi masalah klasik yang masih diperhitungkan. Elemen yang dimaksud adalah pemerintah, warga masyarakat, pemuda/pemudi, tokoh agama, dan tokoh adat.

Sosialisasi yang berkesinambungan akan menghasilkan kesadaran yang kuat bagi masyarakat akan pentingnya lingkungan bersih. Hal ini bisa melalui pembuatan dan pemasangan pamphlet dan jargon, pelatihan, pertemuan/kumpul warga dalam rangka membahas kebersihan, pendidikan kebersihan lingkungan bagi generasi muda, dan sebagainya. “lingkunganku bersih, masyarakatku sehat”, atau “meskipun hidup sederhana asal sungaiku bersih, masyarakatku pasti bahagia” mungkin bisa menjadi sebuah contoh jargon untuk mensosialisasikan lingkungan bersih bagi masyarakat. Setelah sosialisasi tersebut dijalankan, aplikasi tentu menjadi hal yang paling urgen dalam mewujudkan kebersihan lingkungan. Salah satu sarana efektif adalah gotong royong atau menciptakan hari-hari kebersihan kampung misalnya. Peran tokoh adat, tokoh agama, dan pemuda di sini begitu penting dalam menggerakkkan masyarakat untuk melakukan kegiatan gotong royong dan hari-hari kebersihan kampung tersebut.

Namun kegiatan lingkungan bersih ini tidak harus selalu dilakukan hanya melalui gotong royong, akan tetapi bisa dilakukan mulai dari diri sendiri, kemudian keluarga, lalu masyarakat. Kesadaran setiap individu untuk memulai hidup bersih akan memunculkan individu-individu lain untuk mencontoh dan melakukan hal yang serupa.
Walhasil, kesadaran akan pentingnya budaya lingkungan bersih menuju hidup sehat harus terus dikembangkan oleh semua elemen masyarakat tersebut. Keterputusan elemen ini bisa menjadi penyebab penghambat tercapainya agenda pembudayaan. Akhirnya hidup sehat yang diidam-idamkan hanya menjadi wacana yang tak memiliki hasil. ( Tamrin )




Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Welcome to My Blog

Statistik

Copyright 2010 TBM Al-hikmah. Powered by Blogger.

Mengenai Saya

My photo
Bersama Membangun Bangsa

Arsip Blog

- Copyright © TBM Al-Hikmah -Robotic Notes- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -