21 May 2012

Putu… Mungkin akan terlintasa dalam berfikir kita kalau dia adalah seorang yang berasal dari Suku Bali atau pemeluk Agama Hindu, karena nama Putu sudah tidak asing lagi bagi kita bahwa itu adalah nama orang Suku Bali. Namun tidaklah demikian, dia juga seorang muslim. Rasa penasaran saya mendorong  saya ingin lebih tahu kenapa dia bisa bernama Putu, dan bekerja seperti kebanyakan yang dikerjakan oleh orang bersuku Bali, padahal setahu saya dia orang asli Lombok. Sayapun menanyakan hal tersebut. Kemudian dia menjelaskan bahwa itu hanya nama yang diberikan oleh orang tua, dan semua saudaranya juga menggunakan nama-nama seperti nama orang Suku Bali, seperti Nyoman, Wayan,dan Kadek, tapi sama sekali tidak ada hubungannya dengan Suku Bali ataupun memiliki keluarga yang berasal dari Bali" imbuhnya.

Di rumah sederhana di Dusun Lembok Daye, Pria paruh baya yang memiliki dua orang anak melaksanakan aktifitasnya kesehariannya menjadi seorang pengukir, pembuat gagang dan warangka pisau, golok,keris, bahkan pedang. Dengan hanya bermodalkan peralatan yang sangat sederhana, pisau kecik yang dalam bahasa sasaknya disebut “pemaje” ,parang, gergaji, amplas, dan plitur, dia mampu menyelesaikan pesanan pelanggannya dengan sangat rapi dan bagus sekali, hingga tak jarang orang mempercayakannya untuk membuatkan gagang dan warangka. Bahkan tak jarang juga yang memesan sampai puluhan katanya sambil dia tersenyum. Mengenai upah tergantung model yang dipesan dan dari siapa bahan yang yang digunakan tambahnya. Karena banyak juga pemesan yang menyediakan sendiri bahan yang akan dipakai, seperti kayu berore pelet ataupun berore porong yang banyak diyakini bisa jadi zimat.

Proses pembuatannya dimulai dari pembuatan gagang sesuai dengan model dan dan ukuran yang akan dipakaikan gagang. Selanjuutnya pemasangan besi pada gagangnya, kemudian dibuatkan warangka dengan cara membelah kayu dengan gergaji dengan model-model tertentu. Setelah pas, maka kayu yang sudah dibelah akan di lem lagi. Langkah selanjutnya adalah proses penghalusan kayu menggunakan amplas. Dan terakhir adalah pengkilapan menggunakan plitur dengan cara disemprot. Proses pengerjaan satu gagang dan warangka ini kadang tidak bisa satu hari, tergantung dari model dan kerasnya kayu yang dipakai.

Disaat dia sedang asik mengerjakan pekerjaannya saya menanyakan hasil dari pekerjaan yang selama ini dia tekuni, dia hanya tersenyum sembari menjawab polos “ Alhamdulillah bisa untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, apapun yang kita yang kerjakan harus kita syukuri”. Tamrin.

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Welcome to My Blog

Statistik

Copyright 2010 TBM Al-hikmah. Powered by Blogger.

Mengenai Saya

My photo
Bersama Membangun Bangsa

- Copyright © TBM Al-Hikmah -Robotic Notes- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -